Kamis, 09 Maret 2017

Perkembangan e-Commerce di Bidang Agribisnis


Melihat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang cepat yang membawa pengaruh ke hampir semua bidang kehidupan termasuk ekonomi, pertanian, sosial, kedokteran, dll. Khususnya dibidang pertanian yang nyatanya cukup banyak tenaga kerja di lapangan kerja dibidang tersebut. Begitu banyak yang menggantungkan diri pada lapangan pertanian ini. Peran sektor pertanian juga bukan saja berkontribusi baik terhadap produk yang sifatnya fisik (tangible produk), tetapi juga kualitas (intagible produk). Peran sektor pertanian juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Disisi lain, sejalan dengan perkembangan teknologi di era globalisasi ini, maka proses adopsi inovasi dalam pemanfatan teknologi khususnya ICT (Information Communication and Technology), juga semakin cepat. Siapa saja yang paling progresif dalam adopsi-inovasi ICT ini, maka dialah yang memperoleh keuntungan dari aplikasi ICT khususnya dibidang pertanian ini.
Dalam bidang pertanian khususnya agribisnis (e-Agribussiness) disebut e-business atau e-commerce, karena agribisnis sendiri adalah bisnis di bidang pertanian yang proses kerjanya merupakan kesatuan sistem dari penyediaan sarana produksi, kegiatan on farm (produksi primer), pengolahan produksi (produksi sekunder), jasa dan pemasaran (produksi tarsier) sampai pihak konsumen. Selain itu, sebagai alternatif pemberdayaan para petani, menunjukkan bahwa pemanfaatan e-commerce juga untuk produk agribisnis terutama adalah sebagai media promosi, komunikasi dan informasi. Pemanfaatan ini sangat berpengaruh pada keefektifan dan keefisienan proses kerja, jika secara intens dan maksimal dilakukan. Manfaat yang dirasakan oleh para pelaku bisnis secara langsung dan tidak langsung memberi pengaruh positif pada para petani yang terkait, terutama dari semakin luasnya jalur pemasaran pelaku bisnis yang meningkatkan permintaan produksi dan memacu pengadaan produksi di kalangan para petani, dimana selalu diharapkan untuk meningkatkan produksi dengan standar kualitas yang ditentukan. Dengan lebih terpacunya kegiatan pengadaan, kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup para petani dan keluarganya terbuka lebar.
Menurut Soekartawi (2006) kegiatan perdagangan barang dan jasa pertanian melalui media elektronik, efektif, efisien, murah, praktis, alat promosi yang luas dengan tanpa batas, dan dapat dipakai untuk untuk membangun loyalitas pelanggan. E-commerce agribisnis merupakan salah satu diversifikasi pemasaran untuk meningkatkan keuntungan. Keuntungan yang dapat diperoleh antara lain mampu mengikuti pergerakan yang cepat dalam pasar global, meningkatkan jalanya organisasi yang efektif dan efesien., mengetahui lebih cepat dimana potensi produsen dan potensi konsumen, meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, menghemat waktu, meningkatkan keuntungan dari lembaga perantara (efisiensi jalur distribusi). Disamping itu, aplikasinya berkembang dengan cepat mengikuti perkembangan global bisnis pertanian. Sebaliknya, kelemahan dari e-commerce Agribisnis adalah tidak semua pelaku usaha pertanian mempunyai atau terakses fasilitas elektronik dan tidak semua pelaku usaha mengerti e-commerce Agribisnis karena faktor pendidikan dan sosial-ekonominya. Untuk itu, pendampingan dari para pelaku usaha professional sangat diperlukan untuk membantu para pelaku usaha pertanian (petani, peternak, nelayan) memfasilitasi penerapan e-commerce sehingga dapat melakukan penjualan produk secara langsung.
Menurut vice chairman & foreign relation Asosiasi E-Coomerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra pada penandatangan kerja sama e-commerce antara Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) dan Taipei Computer Association (TCA) di Jakarta menyatakan bahwa total nilai transaksi e-commerce Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94 triliun dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 283 triliun pada 2016. Jumlah orang yang berbelanja secara online di Tanah Air tercatat mencapai 4,6 juta orang selama 2013 dan diperkirakan meningkat menjadi 8,7 juta orang pada 2016. Komposisi konsumen maupun penjual e-commerce di Indonesia saat ini didominasi oleh orang kantoran sebesar 63,4 persen dan tenaga kerja kasar 15,1 persen sebagai pembeli. Sedangkan pihak penjual sebanyak 21,5 persen. Adapun jumlah pengguna internet Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 74 juta orang (Beritasatu, 2014). Ini merupakan tantangan pertama dari perkembangan bisnis online di Indonesia, yaitu potensi peningkatan penjualan online masih sangat besar.
Bisnis e-commerce Indonesia juga telah dilirik banyak investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id dan masih banyak lagi. Sebagian dari mereka adalah contoh dari perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang meningkat. Bahkan Pemerintah China berinisiatif membuat kerjasama perdagangan berbasis e-commerce dengan negara-negara Asean, termasuk Indonesia.
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2013-2016. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Berdasarkan data dari majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, Wall Streat Journal, Event Veritrans: Rise of E-Commerce, estimasi pertumbuhan penjualan e-commerce B2C (Business to Custemer) di beberapa negara Asia dapat dilihat pada Gambar 3.1. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu menghasilkan penjualan e-commerce di atas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar